Lompat ke isi

Tukang cukur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tukang cukur
Seorang tukang cukur di Indonesia
Pekerjaan
NamaTukang cukur, penata rambut
Jenis pekerjaan
Vokasi
Penggambaran
Bidang pekerjaan
Tempat pangkas rambut, salon rambut, salon tata rambut

Tukang cukur adalah orang yang biasanya bekerja untuk memotong, menghias, menata, memberi gaya dan memotong rambut laki-laki. Tempat kerja tukang cukur disebut sebagai "tempat pangkas rambut". Tempat cukur juga merupakan tempat interaksi sosial dan tempat umum. Dalam beberapa kasus, tempat pangkas rambut juga menjadi forum publik yang menjadi tempat para pria membicarakan berbagai topik yang sedang hangat di lingkungan mereka.

Di masa lalu (khususnya pada abad pertengahan Eropa), tukang cukur (dikenal sebagai ahli bedah tukang cukur) juga melakukan praktik operasi dan kedokteran gigi. Dengan berkembangnya pisau cukur aman dan menurunnya tren memelihara janggut dalam budaya Anglofonik (negara-negara berbahasa Inggris), sebagian besar tukang cukur sekarang mengkhususkan diri dalam memotong rambut pada kulit kepala pria alih-alih rambut wajah.

Komersialisasi tukang cukur memiliki sejarah panjang: pisau cukur telah ditemukan di antara peninggalan Zaman Perunggu (sekitar 3500 SM) di Mesir. Praktik pencukuran rambut dengan balas jasa atau berbayar mungkin pertama dilakukan oleh orang Mesir pada 5000 SM dengan peralatan yang mereka buat dari cangkang tiram atau batu yang diasah.[1] Dalam budaya Mesir kuno, tukang cukur adalah individu yang sangat dihormati. Pendeta dan ahli pengobatan biasanya merangkap menjadi beberapa tukang cukur yang tercatat paling awal dalam sejarah.[2] Selain itu, seni pangkas rambut memainkan peran penting di berbagai belahan dunia. Budaya Maya, Aztek, Iroquois, Viking, dan Mongolia memanfaatkan seni cukur sebagai cara untuk membedakan peran serta status sosial dalam masyarakat dan pada masa perang.[3] Janggot, rambut, dan kuku pria di Yunani Kuno akan dipangkas dan ditata dengan κουρεύς (cureus), di agora (pasar) yang juga berfungsi sebagai sarana pertemuan sosial.

Budaya mencukur rambut pria dibawa ke Roma oleh koloni Yunani di Sisilia pada 296 SM. Tempat cukur kemudian menjadi pusat berita dan gosip harian yang sangat populer. Kunjungan pagi ke tonsor menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari, sama pentingnya dengan kunjungan ke pemandian umum. Cukur pertama (tonsura) seorang pemuda dianggap sebagai bagian penting dari upacara kedewasaannya. Beberapa orang Romawi menjadi tukang cukur yang kaya dan berpengaruh, menjalankan binsis cukur yang menjadi lokasi favorit masyarakat kelas atas. Namun, sebagian besar tukang cukur pada masa itu adalah pengusaha kecil, yang memiliki etalase kecil atau bekerja di jalanan dengan tarif murah.[butuh rujukan]

Pada Abad Pertengahan, tukang cukur sering merangkap sebagai ahli bedah dan dokter gigi. Selain memotong rambut, menata rambut, dan melakukan pencukuran, tukang cukur juga melakukan operasi, buang darah, bekam api, enema, dan pencabutan gigi; dan mereka dijuluki "ahli bedah tukang cukur".[4] Ahli bedah tukang cukur mulai membentuk serikat pekerja yang kuat seperti Worshipful Company of Barbers di London. Tukang cukur menerima gaji lebih tinggi daripada ahli bedah hingga ahli bedah dimasukkan ke kapal perang Inggris selama perang angkatan laut. Beberapa tugas tukang cukur pada saat itu meliputi perawatan leher, pembersihan kotoran telinga dan kulit kepala, pengeringan bisul, fistula dan menusuk kista atau bisul dengan jarum untuk mengempiskannya.

Abad ke-19

[sunting | sunting sumber]

Tempat pangkas rambut menjadi bisnis yang cukup berpengaruh pada pergantian abad ke-19 di Amerika Serikat, sebagai salah satu bisnis Afrika-Amerika yang membantu mengembangkan budaya dan ekonomi Afrika-Amerika.[5] Tempat potong rambut kulit hitam pada awalnya kebanyakan melayani orang kulit putih kaya. Pada akhir abad ke-19, mereka juga mulai membuka tempat cukur di komunitas kulit hitam untuk melayani orang kulit hitam.[6] Pada tahun 1880-an rata-rata diperlukan modal $20 untuk membuka sebuah tempat cukur, dengan menggunakan ruangan seluas sepuluh kali dua belas kaki. Sementara tarif potong rambut pada masa itu berkisar antara lima atau sepuluh sen dan tiga sen untuk mencukur jenggot.[7]

Sejarah tukang cukur di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Dalam beberapa budaya di Asia Tenggara, rambut dianggap sebagai sesuatu yang suci. Dalam budaya melayu, memotong rambut hanya dilakukan di saat-saat tertentu. Seperti saat kehilangan anggota keluarganya, atau mangkatnya sang raja. Kedatangan bangsa Eropa juga turut mempengaruhi dan mengubah kebisaan mencukur rambut para pria. Karena bagi mereka lelaki yang terhormat harus berambut pendek dan bisa menata serta merawat rambutnya dengan rapi. Sementara pemakaian wig juga sudah mulai dianggap ketinggalan zaman oleh orang-orang Eropa pada masa itu. Pada zaman penjajahan Belanda, tukang cukur yang banyak ditemui di Batavia sebagian besar dari keturunan Tionghoa. Seperti yang diungkapkan oleh H.C.C. Clockener Brousson, seorang serdadu KNIL. Ia mengungkapkan pengalamanya mengunjungi pasar senen di Batavia kala itu (awal abad ke-20). Ia menceritakan mengenai banyaknya tukang cukur Tionghoa yang sibuk mencukur para perwira dan pembantu rumah tangga, tukang cukur tersebut sangat terampil dan cepat dalam memangkas rambut.[8][9]

Perilaku hewan

[sunting | sunting sumber]

Istilah "mencukur" ketika diterapkan pada tikus laboratorium adalah perilaku di mana tikus menggunakan giginya untuk mencabut bulu dari wajah pasangannya ketika mereka saling merawat. Aktivitas ini dilakukan baik oleh tikus jantan maupun betina. Si "tukang cukur" akan mencabuti vibrissae rekannya. Perilaku tersebut mungkin terkait dengan dominasi sosial.[10]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ User, Super. "Barbering Timeline - National Barber Museum". www.nationalbarbermuseum.org. Diakses tanggal 2018-06-17. 
  2. ^ Moler, A.B.. "The barbers' manual." Internet Archive: Digital Library of Free Books, Movies, Music & Wayback Machine. The National Education Council of the Associated Master Barbers of America, 1 January 1928. Web. 19 March 2012. <https://archive.org/stream/barbersmanual00mole#page/n29/mode/2up>.
  3. ^ Kuiper, A.C. "The Hair Etching Pen Guide, 14 April 2018. Web. 14 April 2018. https://www.royaletch.com/hair-etching-pen-guide/
  4. ^ "Surgeons and Surgical Spaces #The Barber's Shop". sciencemuseum.org.uk. Diakses tanggal 2020-05-05. 
  5. ^ Harris, Trudier (Autumn 1979). "The Barbershop in Black Literature". Black American Literature Forum. 13 (3): 112–118. doi:10.2307/3041528. JSTOR 3041528. 
  6. ^ "A Quick History Of Barbering | Austin, TX Barbershop". eighteeneight.com. 2017-10-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-08. Diakses tanggal 2018-06-18. 
  7. ^ User, Super. "Barbering Timeline - National Barber Museum". www.nationalbarbermuseum.org. Diakses tanggal 2018-06-18. 
  8. ^ Khozin, Moch. Sketsa Tukang Cukur di Indonesia Pada Masa Kolonial. GUEPEDIA. ISBN 978-623-251-829-2. 
  9. ^ "Mengukur Sejarah Tukang Cukur". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2018-05-04. Diakses tanggal 2021-12-18. 
  10. ^ Sarna, JR; Dyck, RH; Whishaw, IQ (February 2000). "The Dalila effect: C57BL6 mice barber whiskers by plucking". Behavioural Brain Research. 108 (1): 39–45. CiteSeerX 10.1.1.519.7265alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1016/S0166-4328(99)00137-0. PMID 10680755. 

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]
  • Andrews, William. (Cottingham, Yorkshire: J.R. Tutin, 1904) At the sign of the barber's pole: studies in hirsute history. 118 pages. J. R. Tutin. and here for Project Gutenberg.
  • Andrews, William, The Sign of the Barber's Pole: Studies in Hirsute History (Illustrated Edition) (Dodo Press) William Andrews (Dodo Press, 2009) 90 pages. Lethe Press Paperback 108 pages ISBN 978-1-59021-081-9
  • Rothman, Irving N., ed. The Barber in Modern Jewish Culture. A Genre of People, Places, and Things, with Illustrations. Foreword: Maximillian E. Novak. Lewiston, NY: The Edward Mellen Press, 2008. 714 pp.
  • Rothman, Irving N."The Reliable Barber Supply Co.: An Annotated Chronological Bibliography of the Barber—Second Delivery." Bulletin of Bibliography 55.2 (1998): 101-21 [186 items.] ISSN 0190-745X
  • Rothman, Irving N. "The Reliable Barber Supply Co.: An Annotated Bibliography of the Barber in World Culture." Bulletin of Bibliography. 51.4 (December 1994): 325-39. [147 items] ISSN 0190-745X
  • Gross, Dominik, Marriage Strategies, Social prestige and Property of Barber-Surgeons in 19th-century Württemberg: An Evaluation of Marriage- and Probate Inventories, Historical Social Research 23/4, 1998, pp. 94–108

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]