Lompat ke isi

Pemasaran viral

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pemasaran viral atau pemasaran tular (bahasa Inggris: Viral Marketing) adalah strategi dan proses penyebaran pesan elektronik yang menjadi saluran untuk mengomunikasikan informasi suatu produk kepada masyarakat secara meluas dan berkembang. Pemasaran viral berkembang melalui jaringan internet, yang menduplikasikan dirinya menjadi semakin banyak, seperti kerja sebuah virus komputer.[1] Pemasaran viral memerlukan koneksi jaringan Internet dalam penggunaannya.

Profesor Andreas Kaplan dan Michael Haenlein[2] menyatakan bahwa untuk suksesnya sebuah pemasaran viral harus memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:

  1. Media dan orang yang bertindak untuk menyampaikan pesan yang sedang dikampanyekan. Orang ini harus mempunyai jaringan sosial yang cukup luas dan dipercaya dan media yang gampang diakses oleh semua orang.
  2. Pesan atau ajakan yang akan dikampanyekan yang mudah diingat dan menggugah orang untuk mengikutinya.
  3. Lingkungan yang mendukung dan waktu yang tepat untuk melancarkan program viral marketing.

Kemunculan "pemasaran viral" sebagai pendekatan dalam iklan telah dikaitkan dengan populerisasi gagasan bahwa ide menyebar seperti virus. Bidang yang berkembang seputar gagasan ini, yaitu memetika, mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1990-an.[3]

Terdapat perdebatan mengenai asal-usul dan populerisasi istilah khusus "pemasaran viral", meskipun beberapa penggunaan awal dari istilah ini dikaitkan dengan lulusan Harvard Business School Tim Draper dan anggota fakultas Jeffrey Rayport.[4] Istilah ini pertama kali muncul di majalah PC User pada tahun 1989 dengan arti yang agak berbeda. Istilah ini kemudian digunakan oleh Jeffrey Rayport dalam artikel Fast Company tahun 1996 yang berjudul "The Virus of Marketing"[5], dan oleh Tim Draper dan Steve Jurvetson dari perusahaan modal ventura Draper Fisher Jurvetson pada tahun 1997 untuk menggambarkan praktik Hotmail yang menambahkan iklan pada surat keluar dari pengguna mereka.

Doug Rushkoff, seorang kritikus media, menulis tentang pemasaran viral di Internet pada tahun 1996.[6] Asumsinya adalah bahwa jika iklan tersebut mencapai pengguna yang "rentan," pengguna tersebut menjadi "terinfeksi" (yaitu, menerima ide tersebut) dan berbagi ide tersebut dengan orang lain, "menularkan mereka," dalam istilah analogi virus. Selama setiap pengguna yang terinfeksi berbagi ide tersebut dengan lebih dari satu pengguna yang rentan secara rata-rata (yaitu, tingkat reproduksi dasar lebih dari satu — standar dalam epidemiologi untuk mengkualifikasi sesuatu sebagai epidemi), jumlah pengguna yang terinfeksi tumbuh sesuai dengan kurva eksponensial. Tentu saja, kampanye pemasaran dapat berhasil bahkan jika pesan tersebut menyebar lebih lambat, jika berbagi antar pengguna ini dijaga oleh bentuk komunikasi pemasaran lainnya, seperti hubungan masyarakat atau iklan.

Menurut Jonah Berger dalam buku Contagious, terdapat 6 elemen yang menyebabkan suatu produk ataupun konten atau kampanye menjadi viral dibandingkan dengan yang lainnya. Elemen ini disingkat STEPPS, yaitu:[7]

  1. Social Currency - mata uang sosial berkaitan dengan tren yang terjadi di lingkungan pembaca. Namun, ini bukan tentang tren itu sendiri, dan lebih banyak tentang gagasan bahwa status sosial seseorang bergantung pada informasi yang beranda miliki. Semua orang ingin menjadi teman yang selalu mendapat rekomendasi bagus. Karena itu, konten yang paling berharga adalah konten yang bisa di bagikan.[8]
  2. Triggers - kata, frasa, atau gambar yang terkait dengan pesan. Pada akhirnya, apa pun yang mengingatkan audiens tentang produk atau merek adalah Triggers. Memiliki branding yang bagus dan konsisten akan menciptakan Triggers positif yang mudah di ingat oleh pembaca. Triggers positif yang selaras dengan nilai-nilai yang di terjemahkan menjadi konten lebih mudah dibagikan dan menular karena pembaca akan mengingatnya.[9]
  3. Emotion - orang berbagi hal-hal yang mereka pedulikan. Emosi kekaguman dan kegembiraan mendorong orang untuk berbagi konten, yang berarti harus menghindari apa pun yang menyedihkan atau negatif.[9]
  4. Public - konten merupakan representasi dari merek yang dibangun. Setiap perusahaan atau instansi bisa membangun merek sesuai yang diinginkan.[9]
  5. Practical Value - selain mengetahui, orang juga ingin membantu dengan informasi yang merek bagikan. Konten yang memiliki nilai praktis harus relevan dan sarat informasi.[9]
  6. Stories - mendongeng yang hebat adalah kunci pemasaran konten yang hebat. Informasi paling baik diserap ketika dimasukkan ke dalam cerita karena cerita sebenarnya dapat mengubah cara kita berpikir dan merasa.[9]

Penerapan

[sunting | sunting sumber]

Pemasaran Viral menyebarkan informasi dengan cara memanfaatkan database pengguna Internet yang telah terdaftar dan digunakan secara massal. Contoh yang dapat diambil adalah situs web surat elektronik gratis seperti Yahoo!, Hotmail, dan Google Mail, yang selain memberikan pelayanan email gratis, juga memberikan berbagai penawaran produk bersamaan dengan layanan email tersebut.[10]

Contoh lainnya adalah penyebaran informasi / pemasaran viral melalui penyebaran e-book gratis, akan tetapi menyelipkan beberapa link bisnis di dalamnya.

Pemasaran viral adalah suatu bentuk strategi pemasaran modern yang menjanjikan ketenaran produk yang dipasarkan, dengan melihat tingginya animo masyarakat yang selalu terhubung koneksi internet untuk mengakses fitur-fitur gratis (yang sebenarnya telah diselipkan berbagai macam link yang menjadi terapan dari pemasaran viral). Ide kreatif sangat diperlukan dalam jenis pemasaran ini karena masyarakat pengguna internet cukup kritis dalam memilah informasi mana yang murni sebagai informasi dan mana yang merupakan strategi bisnis.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ The Six Simple Principles of Viral Marketing, Wilson Internet Services, 1 Februari 2005. Diakses pada 14 Juni 2011.
  2. ^ Kaplan Andreas M., Haenlein Michael (2011) Two hearts in three-quarter time: How to waltz the social media/viral marketing dance, Business Horizons, 54(3), 253-263.
  3. ^ Burman, Jeremy (2012). "The misunderstanding of memes: Biography of an unscientific object, 1976-1999". Perspectives on Science. 20 (1): 75–104. doi:10.1162/POSC_a_00057. 
  4. ^ Mulyana, Andika. "Definisi dan Contoh Marketing Viral". Taplink.at. Diakses tanggal 2023-09-28. 
  5. ^ Rayport, Jeffrey (1996-12-31). "The Virus of Marketing". fastcompany.com. Diakses tanggal 2023-09-28. 
  6. ^ Rushkoff, Douglas (1996-02-06). Media Virus! Hidden Agendas in Popular Culture. Ballantine Books. ISBN 978-0345397744. 
  7. ^ Berger, Jonah (2019-07-22). Contagious: Rahasia di Balik Produk dan Gagasan yang Populer (cover baru ISBN LAMA). Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-602-03-0766-4. 
  8. ^ "Membuat Marketing Viral dengan Formula STEPPS". Roketin. Diakses tanggal 2022-08-02. 
  9. ^ a b c d e "How to Create Viral Content: The 6 "STEPPS" to Success–Pressboard". www.pressboardmedia.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-02. 
  10. ^ Pemasaran viral (Viral Marketing)[pranala nonaktif permanen], Marketing Xtra Magazine, 21 Mei 2008. Diakses pada 11 Juni 2011.