Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Pemujaan Buaya di Mesir Kuno Terungkap, Seperti Apa?

Kompas.com - 12/07/2024, 08:06 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Buaya sungai Nil ternyata menjadi salah satu hewan yang dipuja di zaman Mesir kuno.

Tapi bagaimana binatang bersisik yang jadi predator paling ikonis di sungai Nil ini dipuja dan juga dikorbankan oleh bangsa Mesir kuno?

Baca juga: Mesir Kuno Anggap Galaksi Bima Sakti adalah Tangga Menuju Akhirat

Kini peneliti sudah mengetahui misteri praktik tersebut.

Seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (9/7/2024) praktik kuno ini terpecahkan berkat analisis baru terhadap mumi buaya Mesir yang selama ini disimpan di museum di Inggris.

“Orang Mesir kuno memuja buaya sebagai Sobek, penguasa Sungai Nil dan rawa purba yang mereka yakini sebagai tempat terciptanya Bumi,” tulis penulis studi baru yang menggambarkan hewan mumi tersebut.

Peneliti juga menjelaskan bahwa pusat kegiatan suci yang didedikasikan untuk buaya telah ditemukan di seluruh Mesir.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sejumlah besar mumi buaya, beberapa di antaranya memiliki panjang hingga 6 meter.

Namun, meskipun banyak buaya yang tampaknya telah dikorbankan, beberapa juga tampaknya dibiarkan mati secara wajar.

Yang paling terkenal bernama Suchus dan tinggal di pusat pemujaan Crocodilopolis.

“Diyakini sebagai inkarnasi hidup Sobek, Suchus diberikan kolam khusus di dalam kompleks kuil tempat ia menerima makanan berlimpah berupa roti, daging, dan anggur yang diantarkan oleh para pendeta, serta perhiasan dari logam mulia dan permata,” tulis penelitian tersebut.

Baca juga: Babun Jadi Hewan Suci di Mesir Kuno, tetapi Hidupnya Mengenaskan

"Sebagai hewan pemujaan, Suchus menerima tingkat perawatan yang sesuai dengan dewa di bumi,” tambah mereka.

Namun yang membingungkan para peneliti adalah bagaimana orang Mesir kuno berhasil memperoleh begitu banyak buaya raksasa untuk praktik keagamaan mereka.

Berdasarkan penemuan tempat penetasan kuno di situs arkeologi Medinet Madi, beberapa pihak berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut mungkin dibesarkan di penangkaran, meskipun tidak jelas bagaimana makhluk ganas ini dapat dipelihara dan dirawat setelah mereka mencapai ukuran dewasa.

Sumber lain, termasuk tulisan sejarawan Yunani Herodotus menunjukkan bahwa buaya tersebut ditangkap dari alam liar setelah dibujuk ke tepian Sungai Nil dengan suara babi yang dipukul.

Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sepanjang tepian air, penulis penelitian memindai mumi buaya sepanjang 2,2 meter dari Museum dan Galeri Seni Birmingham.

Baca juga: Kenapa Banyak Orang Mesir Kuno yang Dimakamkan di Pemakaman Saqqara?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com