'Pemerkosa saya percaya menyerang orang albino akan melindunginya dari penyakit'

Regina Mary Ndlodvu, seorang aktris yang lahir dengan albinisme

Sumber gambar, Paul Mahlasela

Keterangan gambar, Regina Mary Ndlodvu sedang berkampanye untuk memperbaiki pemahaman orang tentang albinisme

Selama hidupnya, aktris Regina Mary Nlodvu mengaku dilecehkan dan diperkosa karena ia seorang albino. Kini, ia ingin meluruskan pemahaman publik tentang albinisme melalui seni peran.

Abinisme adalah kondisi genetis yang tidak sempurna yang menyebabkan organisme tidak dapat membentuk pigmen.

Peringatan: Artikel ini memuat topik kekerasan seksual yang dapat mengganggu kenyamanan Anda.

Regina Mary Nlodvu sedang bermain di taman depan rumahnya ketika ia mengalami pelecehan seksual. Pelakunya adalah pria yang ia kenal.

“Ia menawarkan saya permen dan meminta saya duduk di pangkuannya,” Regina mengingat.

“Saat saya duduk, tangannya masuk ke dalam baju saya dan dia melecehkan saya.”

Kejadian itu merupakan pertama kalinya Regina mengalami pelecehan seksual. Saat itu, ia baru berusia delapan tahun.

Namun, itu bukanlah terakhir kalinya ia dilecehkan.

Regina mengatakan pelaku yang sama kembali ke rumahnya di Ennerdale, Afrika Selatan, dengan dalih ingin mengunjungi orang tuanya.

Pria tersebut kemudian melecehkan Regina dan memerkosanya berulang kali dalam beberapa tahun kemudian.

Pria itu bukan satu-satunya, kata Regina kepada BBC.

Perempuan itu mengatakan bahwa ia sudah beberapa kali diserang, baik secara seksual maupun tidak, dalam hidupnya.

Regina yang kini berusia 34 tahun, mengatakan pria itu sengaja menyasarnya karena dia lahir dengan albinisme - kondisi genetik yang mempengaruhi produksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit.

Regina menjelaskan bahwa pria itu memercayai mitos palsu bahwa dengan memerkosa seorang albino, ia akan terhindar dari segala macam penyakit.

Hal itu merupakan salah satu mitos paling berbahaya mengenai pengidap albinisme.

Mitos-mitos keliru tentang albinisme

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Setelah bertahun-tahun berjuang melawan depresi, aktris Afrika Selatan kelahiran Zambia itu sekarang ingin memperbaiki pemahaman masyarakat tentang orang-orang yang lahir dengan albinisme.

Meski ia baru belajar membaca dan menulis 10 tahun lalu, Regina kini sudah menulis dan tampil dalam pertunjukkan tentang albinisme berdasarkan kisah hidupnya sendiri.

Perempuan yang baru menjadi ibu itu ingin menjamin agar orang-orang lain yang lahir dengan albinisme tidak mengalami hal yang sama dengannya.

Dia ingin meluruskan mitos-mitos keliru tentang albinisme.

Ada kepercayaan di masyarakat bahwa memiliki seikat rambut putih dari seorang albino dapat membawa keberuntungan dan kekayaan.

Ada pula kepercayaan yang lebih keji, yakni berhubungan seks dengan seorang albino dapat menyembuhkan HIV.

Saat pandemi Covid-19 bahkan sempat ada hoaks yang beredar bahwa hal itu dapat menyembuhkan virus corona.

Orang yang lahir dengan albinisme seringkali diculik dan dibunuh akibat mitos-mitos keliru yang menyatakan bagian tubuh mereka mengandung kekuatan gaib.

Di beberapa negara Afrika, orang albino diburu dan diambil bagian tubuh mereka untuk keperluan pembuatan ramuan yang dipercaya bisa membawa keberuntungan dan kekayaan.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Di beberapa negara Afrika, orang albino diburu dan diambil bagian tubuh mereka untuk pembuatan ramuan yang dipercaya bisa membawa keberuntungan dan kekayaan.

“Ketika saya berusia lima tahun, anak-anak akan berkumpul di depan gerbang kami setiap hari,” kata Regina.

Saat Regina mendekati mereka, karena ingin bermain bersama, anak-anak itu berlari pergi.

Awalnya, dia pikir itu bagian dari sebuah permainan. Hingga suatu hari, seorang perempuan datang ke halaman rumahnya bersama putrinya yang masih kecil.

Baca juga:

“Anak kecil itu melihat saya dan langsung menangis,“ ujar Regina. “Dia pikir saya adalah monster dan itu membuat saya sedih.”

Regina juga menyadari bahwa teman-teman sekolahnya meludahi bagian dalam kaos mereka saat berpapasan dengannya.

Ia kemudian menyadari aksi itu merupakan bagian dari kepercayaan yang dapat mencegah anak mereka terlahir dengan albinisme.

Belajar membaca dan menulis di usia 24 tahun

Sewaktu sekolah, Regina kesulitan mengikuti pelajaran karena ia mengidap albinisme.

Ia tidak bisa membaca tulisan pada papan tulis karena penglihatannya yang rabun, sebuah ciri yang umum ditemukan dalam pengidap albinisme. Sehingga ia hanya bisa membaca tulisan yang jaraknya dekat.

Ketika Regina memberitahu gurunya, sang guru mengatakan bahwa “tidak ada perlakuan khusus“ baginya.

Regina meninggalkan sekolah tanpa kemampuan membaca ataupun menulis. Artinya, dia juga kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Namun pada 2013, ia menemukan sebuah kitab suci dalam bentuk buku audio (buku yang dibuat dalam bentuk rekaman suara).

Buku itu mengubah hidupnya.

“Saya dulu terpaku saat melihat buku itu karena membuat saya merasa bodoh dan seluruh dunia seperti berhenti,“ jelasnya.

Foto Regina saat masih kecil

Sumber gambar, Handout

Keterangan gambar, Regina mengatakan dia baru mengetahui tentang mitos seputar albinisme saat dia sudah dewasa, tetapi dia dari dulu merasa berbeda.

“Tetapi saya kemudian mulai mendengarkan buku audio, saya menyadari ada hubungan indah antara suara dan kata-kata. Dunia menjadi terbuka bagi saya.“

Ia mulai mengenal dunia akting, dan dengan bantuan kelompok The Young African Leaders Initiative (Inisiatif Pemimpin Muda Afrika), dia mampu menulis dan tampil dalam drama yang dibintangi satu orang bertajuk “Mary, My voice (Maria, suara saya)“

"Ketika saya masih kecil, sama sekali tidak ada representasi orang albino di layar,” kata Regina. “Saya ingin mengubah itu.”

Seorang penonton yang menghadiri penampilan Regina, yang terinspirasi oleh dramanya, membayar pengajar pribadi untuk membantu Regina belajar dasar-dasar membaca dan menulis.

“Saya masih merasa membaca dan menulis itu susah, tetapi intinya saya tidak takut melakukannya seperti dulu,” jelasnya.

Regina berharap suatu hari nanti, ia dapat membantu putrinya dalam mengerjakan tugas dari sekolah.

Tetapi untuk sekarang, ia masih menikmati masa awal menjadi seorang ibu. Khususnya setelah melalui masa kehamilan yang penuh rintangan.

“Lihat dia, lihat betapa cantiknya dia,” kata Regina sambil menggendong bayinya yang baru lahir. Putrinya bernama Bohlale Sabelo Isabel.

Bohlale tidak lahir dengan albinisme. Tetapi jikalau iya, Regina mengatakan ia “tetap akan bahagia”.

“Itu [albinisme] adalah sesuatu yang saya belajar untuk cintai,” katanya. “Putri saya adalah dunia saya dan saya berharap dapat memberikannya kesempatan-kesempatan yang tidak pernah saya miliki.”